Sabtu, 14 Maret 2015

Mengenal lebih lanjut sang Ali bin Abi Thalib



Suatu waktu sebakda perang Muraisi, dalam kesedihan dan beban berat yang menerkam akibat berita dusta yang menimpa Aisyah, sang nabi memanggil dua orang muda yang di cintainya, Usamah ibn Zaid dan 'Ali bin Abi Thalib. kepada mereka beliau adukan segala kegelisahannya. dan dimintanya mereka memberi pendapat.
"Ya Rasulullah," begitu Usamah menghela nafas dan menatap sendu wajah kekasihnya."Siapakah yang menikahkanmu dengan Aisyah?
sang Nabi menunduk,"Allah," Jawabnya.
"Subhanallah! maka apakah mungkin Allah menipumu,ya Rasulullah?"hentak Usamah."Demi Allah, aku mempersakskan bahwa Aisyah seorang wanita yang suci lagi menjaga kesuciannya. janganlah engkau hiraukan fitnah -fitnah itu."
Adapun Ali mendengar pendapat Usamah dan menyaksikan wajah sang nabi yang tetap bertekuk, dia berusaha menjadi penyeimbang. Inilah kata-katanya yang merupakan pendapat khas seorang yang ringan hati dan tak ingin junjungannya tersita oleh perkara yang memalingkannya dari urusan lebih besar."Wahai Rasulullah,Ali berujar," Sesungguhnya Allah tak hendak menyulitkanmu dalam perkara ini. sungguh masih banyak perempuan di muka bumi ini. Nikahilah siapa pun yang ingin kau nikahi dan ceraikanlah siapa pun yang ingin kau ceraikan."
Sungguh, niat 'Ali Radhiyallahu 'Anhu adalah baik semata.'Ali mengatakan itu semua agar Rasulullah tak terlalu berat menanggung bebannya sehingga urusan umat yang lebih penting tak terbengkalaikan. Inilah sayyidina 'Ali yang periang dan senantiasa berupaya meringankan serta menyederhanakan persoalan maka kita maklum, mengapa Ali bicara demikian. Baginya, pikiran, tenaga, dan Ruhiyah sang nabi terlalu berharga jika harus terkuras untuk berdalam -dalam pada masalah ini. Maka kata 'Ali,"Ya Rasulullah, Allah tak hendak menyulitkanmu dalam perkara ini.
**
'Ali memang lelaki periang yang riang lagi penuh kelakar. pernah seseorang mempertanyakan mengapa di zaman kekhalifahan Abu Bakar dan Umar keadaan damai dan sentausa,sementara ketika 'Ali menjadi Amirul Mukminin, terjadi peperang dan kekacauan."sebab,"jawab Sayyidina 'Ali sembari tersenyum penuh arti,"dimasa Abu bakar dan Umar, yang mereka pimpin semacam diriku, Adapun dimasa ku,rakyatku adalah seperti kamu.
**
ketika di subuh itu, pedang 'Abdurrahman bin Muljam baru saja menebas kepalanya, beliau masih sempat bercanda namun juga bersungguh-sungguh.
"Aku telah membeli pedang itu seharga 1000 dirham! demi Allah! aku akan memohon kepada Allah agar pedang itu bisa membunuh makhluknya yang terburuk dan terkutuk!
Ali tersenyum."pintamu,InsyAllah di terkabulkan!
"jadi kau mengakui bahwa kaulah sejelek-jelek makhluk Allah?"
"tidak, jawab Ali."kaulah orangnya! karena,duhai Al-hasan anakku,jika aku mati setelah ini, bunuhlah lelaki Khawarj ini sebagai qishash dengan pedangnya itu! demi Allah, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, maukah kuberitahukan padamu seburuk-buruk makhluk hai 'Ali? Dia adalah Ahimyar Tsamud yang membunuh unta nabi Shalih,dan seorang laki - laki yang mengayunkan pedang ke kepalamu hingga darah membasuhi janggutmu!"

0 komentar :

Posting Komentar